21 Des 2011

Lelaki Berjenggot

Inna pulang ke kamarnya. Saya menyetel jam sesuai waktu New Delhi yang ada di aplikasi ponsel saya. Sudah pukul 01.00 dini hari. Saya menyetel alarm pukul 08.30 pagi. Sesuai rencana, saya, Inna dan Rino akan berjalan-jalan.

Saya menuju kamar mandi dan membatalkan mandi karena dingin. Kembali ke kamar. Saya mengambil sebuah sarung dari ransel. Menjadikannya alas di atas kasur dan bantal. Saya tak percaya pada seprei hostel. Saya mencium aroma selimutnya. Sepertinya bersih.

Alarm berbunyi. Saya bersemangat. Beres-beres dan keluar kamar. Mencuci muka dan menggosok gigi di westafel depan kamar. Tiba-tiba sebuah tangan muncul melewati pinggang saya. Berbulu, kulit putih dan kecil. Meletakkan sabun mandi kecil di pinggir westafel. Suaranya parau. Katanya, sabun itu bisa saya gunakan untuk mencuci tangan. Saya mencuci mulut dengan cepat dan membalikkan badan.

Sungguh kaget saya melihat tampang lelaki pemilik suara parau itu. Tinggi sekitar 170 cm, kurus, ceking, gondrong, pirang dan berjenggot tebal hingga ke dada. Kami berkenalan. Saya lupa namanya. Dia terlihat aneh. Setelah kami bersalaman, dengan gemulai ia menarik tangannya dan meletakkannya di kening sambil tersenyum. Saya membalas dengan senyuman.

Saya pamit masuk ke kamar. Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Saat saya buka, lelaki aneh itu berdiri di depan mata saya. Lembut sekali suaranya menyebut nama saya. Ia memberikan sebuah stick dupa dan menawarkan korek api. Saya mengucapkan terimakasih. Lalu menutup pintu.

10 menit kemudian saya keluar dan berniat mandi. Ada lelaki aneh itu lagi. Ia menyapa dengan lembut. Mungkin ia tahu saya akan mandi karena saya membawa handuk. Ia menuntun saya ke sebuah kamar mandi besar dekat tangga. Awalnya saya pikir kamar.

Di hostel Kuldeep Longe terdapat dua kamar mandi. Di samping kamar saya dan di dekat tangga. Yang lelaki aneh itu tunjukkan, memiliki fasilitas air panas tapi klosetnya rusak. Sedang di samping kamar saya tak ada. Hanya digunakan untuk buang air kecil atau buang air besar saja. Di kamar mandi ini, tak ada kloset duduk. Tapi jongkok. Beda bentuknya. Lubangnya lebih besar dan gelap. Seperti di kloset kereta api. Tak ada dudukan kaki. Kloset rata dengan lantai.

Lelaki aneh itu memperkenalkan semua fasilitas di kamar mandi. Seperti layaknya pemilik hostel. Mulai dari shower, keran untuk air panas dan dingin hingga kloset rusak. Saya sekali lagi mengucapkan terimakasih. Ia keluar dan saya masuk. Mengunci pintu dan memastikan dia tak ada di luar agar saya bisa mandi dengan tenang.

Mandi selesai. Saya bersiap-siap. Memasukkan kamera, buku tulis kecil dan pulpen ke ransel kecil. Tak lupa membawa paspor, KTP dan sejumlah uang. Saya turun tangga dan resepsionis meminta saya melakukan registrasi kamar. Ia meminta paspor dan meng-copy. Lalu menyuruh saya mengisi nama, alamat, nomer telepon, data paspor dan tanda tangan. Selesai. Saya menuju kamar Inna di New King Hostel.

Saya, Inna dan Rino berjalan-jalan seharian ke beberapa tempat di New Delhi. Lelah sekali rasanya. Tapi menyenangkan. Perjalanan kami selesai pukul 22.00. Kami kembali ke hostel masing-masing. Saat masuk di hostel, saya melihat ada warnet di lantai paling dasar. Saya masuk dan membuka facebook juga cek email. Tiba-tiba ada suara parau dan lembut menyapa saya. Suara itu tak asing di telinga saya.

Saat menengok, lelaki aneh berjenggot ada di samping saya. Ia seperti hantu saja. Saya meladeninya ngobrol sejenak. Kemudian serius dengan monitor di depan saya. Mengirim kabar ke kakak dan Eko. Lalu pamit pada lelaki berjenggot dan buru-buru ingin ke kamar.

Saya berlari kecil menuju tangga. Terdengar kembali suara parau dan lembut memanggil. Lelaki aneh berjenggot itu lagi. Saya menengok. Dengan terpaksa tersenyum.

“You forgot something,” katanya. Ia memberikan botol air minum saya yang tertinggal di warnet. Dengan lembut. Tangan gemulainya kembali menyentuh keningnya. Lalu mengucapkan, “Good night Tika,”

1 komentar:

iQko mengatakan...

Wah lagi di India kah kakaak? Ditunggu cerita selanjutnya!