22 Des 2011

Monyet Rhesus

Masih tanggal 5 Desember 2011. Di luar stasiun sangat ramai. Ada beberapa kedai makanan ringan dan minuman, banyak juga pengemis. Kasihan sekali. Pakaian mereka berwarna hitam kotor, badan kurus, dan bau. Saya mendekati Inna, berniat ingin memberi uang. Inna bilang jangan. Alasannya, hampir sama di Indonesia. Pengemis merupakan sebuah jaringan.

Di hari-hari pertama Inna dan Rino di India, mereka juga memberi pengemis uang. Suatu hari, mereka memutuskan membeli beras dan membagikannya ke beberapa pengemis. Tapi saat bungkusan beras tersebut dibuka, seorang pengemis yang masih anak-anak mengamuk mengatakan jangan. Ternyata, alasannya tak bisa mereka jual kembali.

Mendengar cerita itu, saya membatalkan niat memberi uang. Saya malah berpikir, sekarang, bisa saja uang mereka lebih banyak daripada uang saya. Apalagi saya jauh dari rumah. Lebih baik disimpan untuk bekal selama di kampung orang.

Tepat di depan sebuah kuil. Di atas pohon dan kabel listrik, ada empat monyet Rhesus berkeliaran. Monyet ini banyak ditemui di India. Berkeliaran di beberapa tempat. Tidak mengganggu dan tidak diganggu. Mereka dilindungi. Monyet ini dianggap sebagai Old World Monkeys. Warnanya cokelat dan kelabu. Wajahnya warna merah muda. Tentu saja berbulu dan lucu.

Monyet Rhesus biasanya juga dikenal dengan sebutan Macaque Rhesus. Banyak ditemukan di beberapa negara dari Afghanistan hingga ke India utara dan Tiongkok.

Di beberapa tempat di India, diyakini bahwa monyet ini suci. Hidup bersama manusia bahkan selama berabad-abad. Menurut sensus lapangan yang dilakukan oleh Zoological Survei India selama tiga tahun, populasi monyet Rhesus menurun drastis menjadi di bawah 200.000 di India. Penelitian ini selesai pada pertengahan 1970-an. Padahal, empat puluh tahun lalu, populasi monyet ini di India sekitar dua juta. Pada tahun 1978, pemerintah India kemudian melarang ekspor monyet Rhesus, meningkatkan program konservasi dan produksi makanan. Saat ini populasi monyet suci ini meningkat antara 800.000 hingga satu juta ekor.

Awalnya saya ngeri juga melihat monyet bergelantungan dan lompat dari tiang dan kabel listrik yang kacau balau tepat di atas kerumunan orang. Tapi, melihat orang-orang yang santai saja, saya juga berusaha santai dan tidak menghiraukannya. Namun, khawatir masih ada.

“Bagaimana kalau dia tiba-tiba boker, padahal kita lagi makan di bawahnya,” pikirku.

Tapi ternyata mereka tak mengganggu. Mereka hidup bersama dengan manusia dan mereka dihormati.

Tak boleh ada yang membunuh monyet di India. Mereka memiliki hubungan yang sangat dalam dengan orang-orang khususnya yang memeluk agama Hindu dan Budha. Di India, sebagian besar masyarakat memeluk agama Hindu. Kedekatan antara monyet dan orang-orang yang memeluk agama Hindu dan Budha tidak hanya terjadi di India, tapi juga di Nepal dan Cina.

Dalam kisah epik Hindu Ramayana, monyet Rhesus merupakan fitur yang menonjol. Monyet Rhesus memungkinkan Rama untuk mengalahkan Rahwana, si Raja Iblis ketika menculik Sita, istri Rama. Rahwana membawa Sita ke Pulau Ceylon, Sri Lanka. Saat itu, Hanuman dan pasukannya membantu Rama mencari Sita dan menyelamatkannya dari Rahwana.

Hanuman dan pasukannya digambarkan secara sebenarnya digambarkan jenis monyet lutung. Lutung Hanuman pernah dilatih untuk menakut-nakuti monyet Rhesus yang dikenal liar dan merusak. Apalagi monyet Rhesus berkeliaran di ruang publik. Hanuman dipercaya sebagai penjaga keamanan. Dihormati sebagai Dewa Monyet. Dalam agama Hindu tradisional, monyet Rhesus kemudian ikut menikmati status sucinya sebagai hewan yang dihormati.

Saya takjub melihat orang-orang di India menghormati beberapa binatang. Selain monyet, mereka juga menjaga beberapa binatang lain seperti Gajah, Unta, Sapi dan Kuda. Mereka menghias kuda dan unta mereka dengan aksesoris yang menonjol. Selain karena hewan tersebut memiliki makna yang dalam dengan kepercayaan mereka, hewan tersebut juga membantu perekonomian mereka.

Saya beberapa kali melihat Unta saat berkunjung ke Udaipur. Melihat Sapi dimana pun. Ia berkeliaran dengan seenaknya. Bahkan saat sedang minum kopi di Main Bazar, seekor Sapi melewati punggung saya. Saya segera menghindar tanpa sadar bahwa tepat di bawah sandal saya, ada kotoran Sapi.

Saya juga melihat Kuda di New Delhi dan bahkan naik delman di Agra. Sedangkan saya melihat banyak miniatur Gajah di hampir semua tempat yang dihormati sebagai perwujudan Dewa Ganesha. Saya melihat monyet di New Delhi dan Udaipur. Saat di Udaipur, saya mendekati tiga ekor monyet Rhesus. Satu induknya dan dua lainnya masih kecil. Saya memotretnya dan mengucapkan, Namaste!

Tidak ada komentar: